Musik adalah bahasa yang mampu mengubah isi otak kita
Pergulatan industri musik di indonesia menjadi ajang yang sangat mengiurkan bagi para musisi yang lama tertidur pulas, dan tiba-tiba meraka mampu berbicara tentang mimpinya. Mereka berbondong-bondong untuk menunjukkan karya-karyanya pada sebuah pertunjukkan atau perfom yang sudah disediakan. Alhasil banyak band-band baru bertaburan dan persaingan menjadi sangat alot dan keras diberbagai daerah. Tapi sayang meraka lupa akan sebuah kualitas dan pertanggungwaban karya yang telah dikelurakan.
Banyak hal yang seharusnya benar-benar memperhatikan hal itu. Selain para musisi (grub band) produsen juga harus memperhatikan betul karya karya yang akan diproduksi dan akan didengar oleh orang banyak. pertanyaannya adalah sudah bagus dan baikkah karya tersebut? Dan seharusnya ada semacam standart karya yang layak dipablis. Jangan karena uang dan asal diterima pasar sehingga tidak memperhatikan berkualitas dan kelayakan. Banyak band-band baru yang semakin dimanjakan pada sebuah pertunjukkan di stasiun TV yang ada di Indonesia dan banyak bintang bertaburan serta aji mumpung menjadi hal biasa. Ini merupakan awal dari sebuah kehancuran dari kreativitas dalam berkarya. Kita bisa melihat dari sebuah pertunjukkan yang disuguhkan saat ini, hanya bermudal komat-kamit dan asal ginjreng sudah merasa besar kepala. Padahal jika mereka benar-benar mengerti tentang eksistensi dan tanggung jawab sebuah karya yang akan di suguhkan pada masyarakat. Akan dipastikan mereka tidak akan keluar kamar.
Karya mampu mengubah pola pikir manusia. Artinya jika karya itu jelek (kurang baik) atau asal-asalan dan biasa-biasa saja, secara tidak langsung pebentukan pola pikir orang yang mendengarkan karya tersebut akan jelek atau biasa-biasa saja. Tentunta hal ini tidak hanya menjadi beban bagi pemain saja tapi juga produsen yang hanya mementingkan Pasar. Dan pada akhirnya secara tidak langsung dia telah memproduksi manusia-manusia yang hanya manggut-manggut dan geleng-gelang. dan semakin sedikit orang-orang untuk benar-benar merenungi sebuah karya dengan hati, realitas sosial yang terjadi, entah itu bersifat Religius, cinta, rock n Rol, pank dengan kritikannya. Menurut saya itu akan lebih baik dari pada band-band sekarang yang berbicara tentang cinta tapi dia tidak tau apa itu cinta yang sebenarnya. ya... kalimat (Aku Cinta Kamu) menjadi andalan mereka yang sebenarnya anak kecil pun bisa.
Banyaknya karya-karya yang hanya asal nyemprot tanpa sebuah proses dan enjelbemen (perenungan) serta memperhatikan kualitas bermusik, asal jreng jadi... entah siapa yang menelorkan hal seperti itu sehingga kecelakaan pola berpikir menjadi sebuah kelumrahan dan kreativitas menjadi (Kere tapi di Atas) maknanya sudah rabun dan hampir punah. Ini “Ancaman” tapi orang-orang tidak mengerti dan mengudang bencana untuk duduk bersama. Nasib musisi berkualitas tidak bisa hidup seribu tahun lagi .industri musik indonesia telah ternodai dengan berbagai karya yang hanya asal jadi tanpa harus memperhatikan kualitas. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk tidak mendukung karya yang hanya sala nyeplos saja
0 komentar:
Posting Komentar