SASTRA ENTERTAINMENT
Sastra dalam lirik lagu patut ditandai sebagai bentuk sastra. Tentu karena kita meyakini bahwa lirik lagu merupakan musikalisasi puisi. Hal ini menjadi penting karena pada saat sastra literer Mandailing meredup, musikalisasi puisi tersebut menguat perannya.
Lirik lagu
Mandailing bukan hanya ungkapan perasaan, tetapi beberapa penulis lagu ternyata
mampu menyelipkan berbagai khazanah norma dan budaya Mandailing. Misalnya lirik
lagu yang ditulis Bahraini Lubis, Ali Asrun, Top Simamora, dan lain-lain.
Sastra
entertainment berkarakter daerah tersebut mengalami berbagai bentuk dan medium
yang berbeda. Bukan hanya musikalisasi puisi, sempat juga berkembang genre
drama. Selain itu, pada masa transisi teknologi radio dengan teknologi satelit
satelit, juga membedakan
bentuk dan
medium yang digunakan. Beberapa tonggak yang patut ditandai antara lain:
Tahun 1970-an,
muncul drama musikal berdurasi 60 menit dalam kepingan kaset tape recorder.
Drama ini biasanya mengangkat kisah-kisah keluarga kontemporer di kawasan
Tapanuli Selatan. Misalnya masalah dilema perkawinan, hubungan keluarga antara
orang tua dan anak, kesedihan istri non-etnis yang menikah dengan lelaki
Angkola Mandailing.
Drama ini dibuat
dengan gaya serial radio. Selain rekam vokal, juga dibubuhi dengan sound effect.
Misalnya suara angin, petir, dan lain-lain. Cover kaset biasanya dihiasi dengan
adegan drama. Misalnya album drama musikal “Sar Tarbarita” yang ditulis oleh S.
Parlagutan Siregar dan disutradarai Mulkan Harahap. Drama ini menggunakan
bahasa daerah yang dikombinasikan dengan bahasa Indonesia dengan dialek lokal.
Drama Sampuraga
na Maila Marina. Musikal dikolaborasikan dengan ornamen musik lokal. Drama ini
diangkat dari mitos yang dikenal baik masyarakat di kawasan Tapanuli Selatan.
Drama ini ditampilkan oleh Teater Merak Jingga. Tokoh yang ditampilkan selain
Sutan Sampuraga, ada juga Oloan, Baginda, Hulubalang, dan lain-lain.
Munculnya peran
televisi dan Video Player HVS juga mengubah bentuk seni hiburan. Bus ALS, yang
waktu itu memasang televisi, patut ditandai mempengaruhi genre kemasan hiburan
yang berkembang kemudian.
Selain itu,
berkembangnya album lagu bergenre Batak yang mengangkat karakter daerahnya,
menimbulkan pemikiran baru bagi penikmat lagu di kawasan Tapanuli Selatan yang
didominasi agama Islam. Karena itu munculnya album-album berlabel “Tapanuli
Selatan.” Belakangan label itu bertambah: Album Tapsel, Madina, Palas, dan
Paluta.
Berbagai karya
lagu tumbuh menggunakan label itu dan menjadi seni hiburan baru bagi masyarakat
di kawasan bekas kabupaten Tapanuli Selatan. Beberapa rumah produksi tumbuh
sedemikian rupa dan menjadi industri baru. Pencipta lagu, penyanyi, dan
koreografi menjadi profesi yang berterima.
Periode Awal.
Periode ini menggunakan teknologi rekam tape recorder dan keping VCD, antara
lain:
1.
Ali Asrun Siregar (Al-Asrun): album lagu Mariati Lubis.
2.
Zainal Abidin Daulay (Sidimpuan Power Band): Tamsor
Hutasuhut, Asmar, Ucok Sumbara, Roni Saputra.
3.
Samsul Siregar
(Menara Record) : Citra Hasibuan, Ucok Sumbara, Parlin Lubis, Nasir Rambe,
Nurhayati Ray.
4.
Bahraini Lubis (Odang Production): Odang, Masdani,
Namlis, Siti Hamijah, Sardi, Rini, Nur Arisyah.
5.
Amran Siregar (Mec Record – Padangsidimpuan): Laila
Hasyim, Citra Hasibuan, Odang, Masdani, Parlin Lubis, Nasir Rambe, Nurhayati
Ray.
6.
Hasan Harahap (Kurnia Music): Lanna, Lanni, Anni, Nila
Sari, Ucok Sabata, Bernadi. Mayasari Tanjung.
7.
Citra Hasibuan (Chas Record): Citra Hasibuan, Laila,
Guswin Pulungan
8.
Candra Nasution (Palapa Record): Jannah
9.
Bahri Efendi Hasibuan (Sinonoan Elektronic): Irsaidah,
Jannah, Fitri, Aswan, Azis Aksay
10. Siddiq
(Tiara Record): Risky Nasution, Lili Amelia.
Periode Kedua yang hanya
menggunakan teknologi rekam keping VCD. Beberapa nama yang patut disebut antara
lain:
1.
Ahmad Huzein Nasution (SBN Pro): Ahmad Huzein Nasution,
Parlin Lubis, Ummi Habibah, Budi R. Nasution, Evi Adila.
2.
Muksin Nasution (MN Production) : Thomas Dj, Monica,
Viki Tanjung, Ucok Pasaman, Evi Sahria, Nora, Indah, Bombom, Gumbas, Roni
Saputra Siregar, Risky Nasution, Ummi Habibah.
3.
Mulia Rangkuti (MR2 Production): Salamah Hasibuan,
Masputra Pasaribu, Mulia Rangkuti, Gusnadi Hasibuan, Irma Hasibuan, Uci
Tanjung, Salman, Lina Suriati Aes, Amas Muda, Nursaidah Hasibuan, Nisa WR.
4.
Budi R. Nasution (B@I Production): Budi R. Nasution,
Fadly Lubis, Risky Nasution, Sari Maharani, Suci, Evi Adila
5.
Parlin Lubis (BRC) : Parlin Lubis, Reza, Ummi Habibah,
Nina
6.
Mikrat Nasution (Nasty Pro.): Ovie Fristy, Dedi
Gunawan, Maya KDI, Nila Sari.
7.
Top Simamora (Top Record): Top Simamora, Farro
Simamora, Lenni Muzika.
8.
Saidun Lubis (HP Pro): Azis Aksay, Fitri Angraini,
Suherman
9.
Abdul Holid Lubis (Ruva Pro): Roni Saputra Siregar, Ummi
Habibah, Liza, Fadli Lubis.
10. Salamat
Hutapea (Rahma Prod): Salamat Hutapea, Ucok Pasaman, Givri WR, Nisa WR
11. Fikri
Fahreza (Gemini Pro): Rahman KDI, Fikri Fahreza.
12. Rahmat
Hidayat (Wasya Pro): Ali Nasution.
13. Pendi (BMR) : Amas Muda, Habibah Lubis.
14. Evita
Lubis (Evita Music) : Evita Lubis, Gita Puspita, Reza, Dudi, Sari Maharani.
15. Iyan
: Evi Adila, Zein Aditya
16. Tympanum
Novem: Riskon Crypto, Pudji Carissa
Selain itu,
beberapa rumah produksi juga mengangkat genre film daerah. Genre ini ternyata
berterima dan menjadi industri seni hiburan baru yang berkarakter daerah.
Misalnya:
1.
Tympanum Novem Films yang memproduksi film “Biola Na
Mabugang”, “Tias Part I”, “Tias Part II”, “Lilu Part 1”, dan “Lilu Part 2”.
2.
Natama Pro : “Parhuta-huta 1”, “Parhuta-Huta 2”.
3.
MR2: “Bayo Panjala”, “Si Lian”.
Munculnya genre
film tersebut berkausalitas dengan berkembangnya profesi baru yang berkaitan
dengan film: aktor dan sineas (penulis skenario, penata lakon, penata artistik,
komposer, dan lain-lain. Selain itu juga berkembang sanggar-sanggar seni peran.
SASTRA DAN PERUBAHAN
SOLSIAL
Seni, sastra, dan Kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai dan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Perubahan-perubahan itu diyakini erat kaitannya dengan perkembangan seni dan budaya suatu masyarakat. (Soekanto, 1990).
Interaksi yang
komunikatif antar elemen perubahan sosial akan mempengaruhi perubahan
kebudayaan. Perubahan itu terutama dipicu oleh rasa ketidakpuasan atas
kebudayaan yang ada. Selain itu, perubahan juga terjadi karena penemuan baru,
pertentangan masyarakat, pemberontakan sosial.
Berbagai karya
seni dan sastra itu diyakini berpengaruh terhadap pembentukan opini sosial.
Karena itu, peranan media amat besar dalam pembentukan opini sosial dimaksud.
Sayangnya, berbagai perkembangan kekinian tampaknya belum sepenuhnya
menjanjikan harapan untuk menguatkan karakteristik daerah.
Misalnya, lirik
lagu mandailing yang gagal menyelipkan idiom-idiom lokal, belum adanya pakem
konstruksi lagu Mandailing yang berkarakter, atau film-film yang hanya
bernuansa hiburan tanpa muatan budaya.
Banyak faktor
penyebabnya. Misalnya, produser yang hanya beriorinetasi pasar dan tidak berani
mempublikasikan seni-seni alternatif, minimnya wawasan budaya, dan lain-lain.
Daftar
Pustaka
Djoko Damono, Sapardi. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Djoko Damono, Sapardi. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Rodgers, Susan.
2003. “Folklore with a Vengeance: A Sumatran Literature of Resistance in the
Colonial Indies andNew Order Indonesia,” The Journal of American Folklore.
Website University of Illinois Press.
1986. “Batak
Tape Cassette Kinship: Constructing Kinship Through the Indonesian National
MassMedia,” American Ethnologist. Website www.jstor.org.
2002. Compromise
and contestation in colonial Sumatra An 1873 Mandailing schoolbook on the
Wonders of the West
Tugby, Donald
J. 1959. “The Social Function of Mahr in Upper Mandailing,” American
Anthropologist. Website: www.jstor.org.
Website: www.askolani-nasution.com dan http://askolan.wordpress.com serta www.tympanumnovem.com
0 komentar:
Posting Komentar