ASAL-USUL ARCA RARA JONGGRANG VERSI LAMONGAN


“Setelah semua ini, ternyata aku tak bisa memendam perasaanku padamu, Jonggrang. Ternyata, aku mencintaimu,” seru Bandung Bondowoso.
“Sebenarnya aku juga mencintaimu…,” balas Jonggrang.
“Terus?” tanya Bandung Bondowoso.
“Tapi kau telah menghancurkan kerajaanku, membunuh Ayah, Ibu, dan saudara-saudaraku,” jawab Jongrang.

“Ini politik…,” jawab Bandung Bondowoso. 
“Bukan, itu hanya alibimu. Itu dunia laki-laki,” sergah Jonggrang.
“Gender sekali dirimu…,” kata Bandung Bondowoso.
“Ini kenyataan!” tegas Jonggrang.
“Itu hanya perspektifmu saja,” kata Bandung Bondowoso.
“Lalu?” tanya Jongrang.
“Aku mencintaimu,” kata Bandung Bondowoso.
“Lagi-lagi kau merayu. Okelah, sebenarnya aku juga mencintaimu, tetapi…” kata Jonggrang.
“Ah, selalu saja ada kata sebenarnya dan tetapi, aku ingin kau menghilangkan kata sebenarnya dan tetapi dalam perkataanmu barusan,” kata Bandung Bondowoso.
“Oke. Mungkin aku butuh waktu…,” kata Jonggrang.
“Berapa lama?” tanya Bandung Bondowoso.
“Entahlah, tapi tunggu saja,” jawab Jonggrang
“Bagaimana aku betah menunggu. Bukankah menunggu itu pekerjaan paling membosankan, sebagaimana yang kelak menjadi ungkapan khas anak cucu kita,” kata Bandung Bondowoso.
“Itu ungkapan tak kreatif. Klise! Mengutip dari masa depan. Begini saja, bertindaklah sebagai seniman. Buatlah patung seperti wujudku. Biar aku dan cintamu abadi,” pinta Jonggrang.
“Tapi itu hanya arca. Cuma batu,” kata Bandung Bondowoso.
“Perlu kau tahu sekarang hatiku masih membatu untukmu. Kamu harus bersabar,” terang Jonggrang.
“Bagaimana lelaki dengan kekuatan dan kesaktian sepertiku harus terus bersabar? Jika boleh tahu, seberapa lama aku harus menunggu?” tanya Bandung Bondowoso.
“Untukmu, cukup seribu tahun saja,” jawab Jonggrang.
“Hah? Itu tidak adil, Jonggrang. Tapi demi cintaku padamu, aku akan membuat arca dirimu dan akan menunggu. Tapi ingat, jika kelak jarak antara Bandung dan Bondowoso bisa ditempuh tidak sampai satu malam, itulah akhir penantianku. Kau harus menerima cintaku, meski hidup pada waktu yang lain,” kata Bandung Bondowoso. 
“Siap,” jawab Jonggrang.


Mashuri

¡Compártelo!

0 komentar:

Buscar

 
SASTRA PERUBAHAN Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger