DILARANG MENCINTAI GADIS CANTIK




Resensi Novel: oleh Sule Subaweh

Judul Buku:
Gadis-Gadis Amangkurat: Cinta Yang Menikam

Nama Penulis              :Rh. Widada
Penerbit                       :Penerbit Narasi
Tahun                          :2011
Tebal                           :261


Gadis-gadis cantik jaman kerajaan Mataram khususnya di Pleret, tidak sebahagia sekarang. Jika saat ini gadis cantik disyukuri sebagai anugrah, tidak bagi gadis cantik mataram. Mereka menganggap kecantikan adalah malapetaka bagi lelaki maupun keluarga se-kampung.


Jangan berharap lelaki pada saat ini bisa mendapatkan pasangan gadis cantik. Sekedar mengagumi saja perlu perhitungan. Akan menjadi persola besar jika dia diketahui mengagumi gadis yang disudah diincar rajanya. Belum lagi dia akan menanggung luka karena harus membiarkan orang yang disukainnya direnggut paksa.

Begitulah yang terjadi pada Jalu salah satu tokoh dalam novel “Gadis-gadis Amangkurat” karya Rh. Widada. Dia harus menahan rapat-rapat rasa sukanya kepada Sunthi setelah kabar kecantikannya tersiar ke kerajaan. Kabar keberadaan Sunthi tidak hanya membuat risau Jalu. Tapi juga menjadi kerisauan penduduk kampung. Tak perlu menunggu lama untuk melihat kampung Sunthi hancur karena para penduduk melakukan perlawanan. Tidak hanya rumah yang hangus dibakar. Tapi juga menghabisi nyawa kepala desa tersebut yang tidak lain ayah Jalu. Sunthi tertangkap dan dirawat dikerajaan untuk dipersiapkan menjadi selir raja.

Kirasauan tidak hanya dirasakan Jalu, tapi juga dirasakan oleh Pangeran Adipati Anom sang pewaris tahta kerajaan Mataram. Bermula saat Adipati itu jatuh cinta pada Rara Oyi –yang sebenarnya perempuan yang dipersiapkan menjadi selir sang raja (Ayah). Rara Oyi yang cantik jelita harus meregang nyawa setelah hubungan dengan Adipati diketahui oleh raja.

Setelah Rara Oyi meninggal, perhatian raja si-pemuja kecantikan tertujun kepada Sunthi. Sunthi yang lolos dari penjaga kerajaan di bantu Jarot sahabat Jalu menjadi buronan. Ditengah perjalan benih cinta mengembang di dada Jarot. Tapi cinta itu harus disimpan dalam-dalam. Selain Sunthi adalah perempuan yang dicintai raja, dia juga telah menjalin cinta dengan sahabatnya, Jalu.

Setelah Jalu dan Sunthi berhasil bertemu, kecemburuan membara di hati Jarot. Karena tidak kuat menahan cemburu Jarot akhirnya berbalik menghianati sahabatnya dan orang yang dicintainya dengan memberitahukan kepada kerajaan keberadaan mereka. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan jejak Jalu dan Sunthi. Jarot akhirnya harus meregang nyawa setelah kalah dalam pertarungan satu lawa satu dengan Jalu. Tak lama setelah itu Sunthi haris melihat sendiri kekasihnya dipenggal kepalanya oleh prajurit kerajaan.

Jangankan orang biasa, bahkan seorang penerus tahta raja tidak punya hak untuk mencintai gadis-gadis cantik. Begitulah kenapa menjadi cantik itu adalah musibah pada jaman kerajaan Mataran. Beruntunglah orang-orang cantik jaman sekarang. Dia tidak perlu risau untuk menentukan pilihannya. Begitupun juga lelaki, mereka tidak perlu risau memilih atau menaruh kagum kepada gadis cantik. Bahkan berganti-ganti pasangan dengan pasangan yang lebih cantik tidak masalah (kecuali si perempuan yang mempermasalahkan).

Hanya orang iri (bukan raja) yang tidak suka melihat Lelaki jelek (Maaf ya: buruk rupa) punya pacara cantik. Nah, di sekitar kita sifat iri itu juga merajalela meskipun bukan raja (lelaki modern yang jomloh). Tidak terkecuali yang baca.

¡Compártelo!

0 komentar:

Buscar

 
SASTRA PERUBAHAN Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger