Catatan: Permata di Tengah Pusara Desa

Bungkos, S.Pd (Pengajar di SMA Negeri 1 Pakong)



Pusara itu tak jauh dari pandangan mata, tapi begitu dijalani terasa berat dan membutuhkan waktu yang lama. Tiba-tiba semangatnya tak lekang dimakan usia. Karena, ilmu adalah petuah bagi para anak manusia. Kumpulan puisi anak SMA ini adalah horizon yang membuka jendela bagi para penikmatnya. Ia lahir dengan harapa
n menjadi permata, walau hanya sebagai pemula, ia akan tumbuh besar menjadi sebuah puisi yang bisa dinikmati. Be-buah puisi yang bisa dikritisi, sebuah puisi yang menjadikannya berilusi. Namun semua itu adalah wujud dari sebuah pengalaman, pengalaman yang panjang lewat meditasi.

Seperti pada puisi berikut ini.

Pudarnya Sajadah Perawan

Setiap waktu, setiap hari
 Setiap matahari lengser dari atas kepala
Setiap nafas, setiap denyut jantungnya
Setiap lantunan ayat-ayat al-qur’an
Keluar dari bibrnya yang merah merekah
Dengan lembut dia berdzikir
Dengan khusuk dia mengucapkan kalimat syahadat
Tetapi semua telah sirna
Semua telah lenyap
Puisi di atas dinyatakan bahwa si-aku lirik melukiskan pengalaman rohani yang objektif yang lahir dari setiap detik, di setiap tempat, di setiap denyut jantung, di setiap suku kata, juga di setiap denyut pikiran bagi manusia yang beriman dan produktif dan dapat berisi lebih dari satu pengalaman spritual. Hidup penuh dengan pengalaman yang beragam. Jiwa segar. Tidak kosong, hampa dan tidak gersang. Pengalaman dapat tertangkap secara faktual dan fisikal dan dapat terhayati secara spiritual seperti pada larik setiap lantunan alqur’an yang ke luar dari bibirnya yang merah dan merekah dengan lembutnya dia berdzikir.
            Dan tiba-tiba terasa dekat pusara itu, hingga akhirnya kutemukan disebuah desa yang nan-jauh di sana. Ia lahir sebagai permata, tapi kandungan emasnya masih belum bisa diakui sebagai  kualiatas yang bernilai tinggi, sama halnya kumpulan puisi ini. Ibarat sastrawan muda, jika menulis karyanya mereka bingung bagai perahu yang kandas di tengah-tengah lautan. Memang semua penyair akan selalu berangan-angan untuk mencapai kesempurnaan.
            Kumpulan puisi ini, adalah upaya membentuk para penyair muda yang pada dasarnya ingin mencurahkan pengalaman hidupnya. Akan tetapi, apakah hal ini kurang penghayatan di dalam hidupnya? Ketika seseorang menulis puisi, ia selalu terbayang-bayang langkah apa yang ditulis. Apa ini berarti hanya tersimpan dalam hati saja atau bagaimana!
            Rangkaian kumpulan puisi ini untuk pembelajaran dalam membentuk karakter yang baik sekaligus mengembangkan para pemula dalam hal dunia sastra. Antologi puisi ini terdapat berbagai aneka ragam tema, isi, dan bentuk puisi. Tentu saja dengan gaya -yang tak jauh dari usia mereka yang penuh gejolak.
            Bagi para pemula sastra, ungkapan perasaan ini akan membentuk pikiran yang sederhana untuk mencurahkan pengalaman hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa merekayasa kalimat bukanlah kata-kata yang muluk untuk dipakai, melainkan kata yang cukup sederhana demi usaha menulis sebuah karya sastra (puisi) yaitu usaha untuk menggapai kesempurnaan (penghayatan hidup).
            Kumpulan puisi  SMA Negeri 1 Pakong ini diprakarsai oleh siswa kelas XI IPA 1. Merupakan hasil kreativitas, sekaligus akan menjadi proses perjalanan dan rekam jejak  yang panjang untuk selalu diingat bersama para sahabatanya, nanti dikemudia hari. SMA Negeri 1 Pakong adalah salah satu SMA yang berada di desa bagian utara yang masih konsen mengujudkan peserta didik yang unggul berprestasi dan berlandaskan iman dan taqwa. 
          SMA Negeri 1 Pakong mencoba menampilkan sosok sekolah yang bukan hanya sekedar bertransformasi ilmu yang berlangsung secara formal dan mekanis saja. Lebih dari itu ingin menjadikan sekolah yang benar-banar sebagai rumah ilmu dengan misi menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang baik dan sisematis. Sehingga, mampu memacu peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dilandasi iman dan taqwa, serta membentuk peserta didik yang berkarakter, berdisiplin dan bertanggung jawab, melalui pola pembelajaran yang berkualitas yang mampu memberikan layanan secara optimal, sesuai bakat dan kemampuannya.     
          Akhirnya permata itu telah kutemukan di sebuah desa di antara rindangnya sawah dan bebatuan “Pakong“. Ia jauh tapi terasa dekat begitu nampak. Ia tumbuh besar bersama padi-padi yang tua dituai dan bisa dinikmati, semoga sama halnya dengan puisi ini, terbit di antara anak-anak yang dekat dengan nilai sawah dan padi, tetapi bisa bermanfaat bagi Negeri! Semoga.

¡Compártelo!

0 komentar:

Buscar

 
SASTRA PERUBAHAN Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger