Sutardji
C Bacrhi
Sedalam-dalam
sajak takkan mampu
Menampung airmata bangsa
Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi
dalam teduh pekewuh dalam Isyarat dan kilah tanpa makna
Maka akupun pergi menatap pada wajah
Orang berjuta
Wajah orang jalanan yang berdiri
satu kaki
Dalam penuh sesak bis kota.
Wajah orang tergusur
Wajah yang ditilang malang
Wajah legam pemulung yang memungut
Remah-remah pembagunan
Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar
Penonton etalase indah diberbagai plaza
Wajah yang diam-diam menjerit melengking
Melolong dan mengucap
Tanah air kita satu
Bangsa kita satu
Bahasa kita satu
(bendera kita satu)
Tapi wahai saudara satu bendera, kenapa
Kini ada sesuatu yang terasa jauh beda diantara kita?
Sementara jalan-jalan mekar di mana-mana
Menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan
Tumbuh kokoh merentangi semua sugai dan
Lembah yang ada tapi siapakan yang akan mampu
menjembatani
Jurang diantara kita?
Di lembah-lembah kusam pada pucuk tulang gersang
Dan otot linu mengerang meraka pancangkan koyak-
Moyak bendera hati dipijak ketidakpedulian padasaudara
Gerimis tak mampu megucapkan kibara-
Nya. Lalu tanpa tangi mereka bernyanyi:
Padamu negri
Airmata kami
1994
0 komentar:
Posting Komentar